Euforia:
Senang, gembira, terharu biru menjadi satu di ruangan kala itu. Apa yang
telah kami lakukan? hasil yang tak terkira, seperti apa yang kami ucapkan
setahun sebelumnya, “Tahun depan saya yang di depan sana” (syukron et al, 2012).
Ya memang beda panggung dan lokasi, tapi kami bisa berdiri di depan dengan mata
bergemilangan aliran air yang tak sempat kami tahan. Usaha memang sebanding
dengan hasil dan yang penting jangan pernah mau putus asa serta tetap tak lupa
bersyukur atas karuniaNya. J
Flash back:
Setahun lalu, saya memang duduk di belakang menjadi supporter, karena tim
saya gagal masuk seleksi. Di bangku supporter saya sering termenung, otak dan
hati mengucilkan diri kenapa saya tak bisa berdiri di depan sana, presentasi,
memberikan suatu solusi yang berguna untuk masyarakat. Apa yang salah?
perdebatan berlangsung sengit di dalam diri. Pikiran yang kemana-mana saya
biarkan begitu saja, dan menikmati final imagine cup 2012. Saat-saat
menegangkan pun tiba, pengumuman imagine cup 2012, kami berharap tim UGM
(Antasena, Proj: Lexipal, 2012) lolos sampai USA kala itu, tapi takdir berkata
lain, tim UGM hanya menempati urutan kedua.
Pemberian hadiah pun berlangsung di depan mata, haus prestasi yang tak kunjung
menetas dalam diri semakin menjadi-jadi. Tanpa di sadari saat itu, saya
melontarkan kata-kata pada salah satu anggota tim UGM, dia adalah mas Kuntoro
karena satu-satunya orang yang paling akrab di antara ke tiga anggota lainnya.
“Tahun depan saya yang di depan sana”, dengan nada bercanda. Dan saya lupakan
percakapan itu.
Beberapa kompetisi diikuti dan tak ada hasil, dan mendengar kemenangan dari
teman-teman di jurusan, rasa antara senang dan iri teraduk menjadi satu. senang
karena saya berada di jurusan yang berkompetisi tinggi dan iri melihat prestasi
yang bertubi-tubi tapi bukan saya.
Dalam pikiran saya, hanya satu, kami sama-sama makan nasi, sama-sama kuliah
di lingkungan yang sama, dan sama-sama manusia, sama-sama mahasiswa, sama-sama
mandi tiap hari (kalau sempat, bercanda, hahaha), ya seharusnya sama-sama bisa.
Whatever, lihat takdir dan berpikir posistif saja.
You Fail:
“YOU FAIL”, hampir setiap kompetisi yang saya ikuti di masa kuliah ini
mendapat predikat ini. Tak terhitung dan tak mau menghitung mungkin puluhan,
mulai dari Imagine Cup, Gemastik, PKM dan Net Riders, bahkan robotik, predikat
ini sepertinya senantiasa melekat di setiap usahaku. Dan saya pun tertawa,
hahaha. Betapa bodohnya diri tak bisa menghasilkan apa-apa sebagai mahasiswa.
Banyak yang berkata bahwa hidupku hanya diujung nyaris kemenangan, hal ini
karena setiap kompetisi yang saya ikuti hanya berpredikat hampir lolos saja,
hampir menang (mungkin). Bagi saya
hampir menang sama dengan gagal. peringkat ke empat yang lolos hanya peringkat
tiga besar sama dengan peringkat ke seribu satu.
Why am I fail? Sebagian berkata kalau saya tidak fokus, sebagian lagi
berkata saya malas. Kedua sifat ini memang sulit untuk di lepas, meskipun bukan
faktor utama yang membuat saya gagal. Faktor utama yang membuat saya tak
kunjung lolos kompetisi adalah takdirNya yang mungkin lebih indah dari yang
kita bayangkan, setidaknya saya masih bisa menikmati hari-hari sebagai
mahasiswa biasa yang tak bisa apa-apa, setidaknya saya masih bisa berkumpul dan
bersosial dengan teman-teman yang mungkin nilainya lebih dari sekedar status
juara. whatever, yang saya yakin yaitu rencanaNya lebih indah dari yang kita
bayangkan.
Tidak fokus, hampir setiap kompetisi saya ikuti, mulai dari bidang
jaringan, logika, pemrograman, jaringan, sosial, robotik, AI, Web, de el el.
Hahaha, semacam serakah. Tapi itulah saya yang tak bisa menahan keingin tahuan
dari-hal-hal yang baru dan hasilnya hanya sebatas nyaris. Keras kepala memang
kepala saya, sudah beberapa orang mengatakan supaya hanya fokus di suatu
bidang. Tapi entah kenapa tak bisa membuat saya “ngeh” apa yang mereka katakan. Whatever, semoga segera bisa
menemukan bidang yang bisa membuat saya betah and try to fokus. Dan malas, hahaha, ini dia biang keroknya,
sesekali mau mengerjakan sesuatu pasti dia datang, kadang bisa dan kadang tidak
menahan rayuan gombalnya, dan yang penting saya tak mau digombalnya lagi
(oposih? -_-).
Main Story Goes Here:
Alkisah, terdapat seorang pemuda yang mendapat kutukan predikat gagal yang ingin
mengakhiri kutukannya. Pemuda itu bernama saya. Tahun itu (2012) saya memiliki mimpi
ups, maaf maksudnya impian, kalau sekedar mimpi sudah bisa dengan cara tidur
pulas, haha. Dream Big, itu kata-kata yang saya dapatkan dari imagine cup tahun
lalu. What the dream is?, Impian yang saya punya saat itu menetaskan telor
juara di relay kompetisi tahun 2013, yaitu Imagine Cup, Net Riders, dan
Gemastik (serakahnya, hahaha [evillaught]). Big (besar) yang saya artikan yaitu
banyak, hehehe (efek kehausan).
Hari itu kick off imagine cup di jurusan diselenggarakan. Saya yang pada
awal rencana bergandeng dengan Danni, partner NetRiders, berharap ikut imagine
cup 2013. Di ruangan itu, terdapat beberapa blok-blok tim yang sudah jadi, dan
saya menghadiri acara itu tanpa tahu saya sudah memilki tim atau belum. Dahaga
prestasi semakin meninggi, tak tahu apapun yang terjadi. Di tengah jalan, Danni
ingin fokus untuk kompetisi Netriders. Saya berkata lain, saya untuk tetap
melanjutkan impian itu. Akhirnya saya pun mencari lowongan tim yang masih
kosong dan kekurangan partner. Saya pun memilih tim yang awalnya disarankan
oleh rasa malas saya yaitu, “saya mau tim yang sudah ada developernya yang mau
berbagi penderitaan dengan saya saat rasa malas saya datang”, (sepertinya kejam
banget ya? haha).
Akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke dalam tim Kalih dan Sonny, hal ini
berdasarkan pertimbangan mudah untuk komunikasi karena sudah 3 tahun bersama,
kedua sudah ada Sonny yang kemampuannya tidak diragukan lagi, hahaha (seperti
memanfaatkan kondisi :D).
Lanjut cerita, brainstorming ide dilakukan sebulan di saat liburan
semester, ide memang sulit dan saya pun digombal oleh rasa malas lagi yaitu
berkumpul dan ikut acara tahunan alumni sekolah dan sekaligus jalan-jalan
(setidaknya ada baiknya ikut acara tahunan sekolah, hehehe). ide pun terkumpul
dan kami masih kurang satu orang lagi untuk memenuhi 4 orang dalam tim,
setidaknya beban menjadi seperempat dibagi rata. Dan muncullah seorang
perempuan sebut saja Danas yang diasosiasikan sebagai public relation di dalam
tim. Lengkaplah sudah tim kami, Kalih sebagai Project Manager, Sonny sebagai
Developer, Danas sebagai Public Relation, dan saya sebagai co-Developer pada
awalnya dan juga sebagai penggembira serta penghibur dengan sulap-sulap tak bermutu.
hahaha :D (maaf kawan).
Tapi semua berubah saat Mas Us
datang:
Muhammad Risqi Utama Saputra, sebut saja Us (hahaha jangan ketawa :D). Dia
datang tiba-tiba dan mengejutkan hati, mungkin masih belum akrab dengan saya
karena saya memang tak terkenal dan tak mungkin dikenal (hahaha :D), dan
mungkin juga dia sudah tahu ada seorang Sonny dan Kalih di tim kami, yang
berpotensi untuk dinularkan nafsu juara tahun sebelumnya di Imagine Cup 2012.
Dia membawakan segudang informasi penting tips dan trik how to break the door. Bukan pintu rumahmu atau pintu rumah orang.
Mulai dari evaluasi ide sampai guideline
to the win way. ide pun diberikan dan kami evaluasi ulang dengan
potensi-potensinya. akhirnya kami pilih idenya tentang motorik recovery yang
berujung pada rehabilitasi stroke dengan Kinect. Diskusi di akhiri, rencanapun
seadanya dan langsung mencari sumber informasi tentang stroke, mulai dari
se-abrek buku, e-book, paper, dan ke rumah sakit setempat.
Development Phase:
Riset pun dilakukan secara berkala dengan deadline pengumpulan hanya 1
bulan lagi, 1 minggu pertama kami melakukan full riset dan mengumpulkan
resource dan informasi, mulai dari studi literatur dan terjun ke lapangan
melihat pasien stroke langsung. Antara kasian dan merinding saat melihat pasien
di rumah sakit. Satu kali itu saya ingin tak berkata apa-apa. Sungguh nikmatNya
tak terhingga, subhanallah.
dan 1 minggu berikutnya, development dimulai, saya kebagian main program
dan konsep terapi, dan Sonny bagian UX development. Pengetahuan saya masih
minim dan blas tak tahu apa-apa hanya sekedar native code saja. tak tahu
library penggunaan Kinect.
Minggu ke 2 hari pertama, saya ta’aruf dengan suatu benda kotak hitam yang
bernama Kinect. Tak ada cara lain selain membongkar isi hatinya dengan melihat
lebih dalam isi librarynya. Percobaan pertama hanya melihat SDK yang di
sediakan Kinect dengan kodenya. Ajaibnya, tiba-tiba muncul makhluk yang bernama
skeleton dari layar program. Dari mana asalnya sekeleton itu saya tak tahu,
dibongkar-dibongkar dan ternyata skeleton adalah anak si Kinect. Saya patah
hati (ah lebay, hahaha), gak lah bercanda saja. Di dua hari pertama ini saya
bongkar-bongkar kode SDK Kinect mencoba untuk memahami logikanya.
Minggu ke 2 hari ketiga, si Sonny sudah selesai berkenal dengan XAML, WPF.
haha saya tertinggal, masih berkenalan dengan si Kinect. Saat itu saya sudah
bisa menampikan data koordinat X, Y, Z satu joint dari kinect. Gak mau kalah
dengan Sonny saya pun bertapa untuk menyelesaikan satu terapi game, dan
hasilnya sangat kasar, hanya sebatas kotak-kotak tidak jelas yang berakhir
sebagai grabing grapes saat ini.
Minggu ketiga, harusnya deadline software sudah jadi namun otak berkata
lain, otakku mampet tak menghasilkan ide terapi yang baru lagi. Dan datanglah
tamu tak diundang, yang bernama stress, saya tak bisa berpikir apa-apa karena
banyak tanggungan yang harus diselesaikan, tugas kuliah, kompetisi ini dan itu.
Tidur pun tak tenang tugas tidak selesai, tanggung jawab kompetisi pun
terbengkalai. Akhirnya, satu-satu harapan yaitu menengakan diri dan berkumpul
dengan teman, “saya stress”, lontaran kata-kata dari mulut saya. Dan menemukan
cahaya terang saat menyandarkan beban ini hanya kepadaNya, Thanks ya Allah,
Alhamdulillah.
Trying to fokus, kuliah menjadi nomor dua, maafkan saya. Tidur pun selaludi
atas jam 12 malam bahkan sampai subuh, no pain no gain. Di kelas ngantuk dan
mencoba untuk mengerti materi kuliah. baiklah “saya bisa”, hanya itu motivasi
saya. Alhasil, developing dan ide-ide tentang terapi di dalam aplikasi saya rampungkan
dan dikolaborasikan dengan rancangan UX dari Sonny. Hari pengumpulan tiba dan
membuat kami tidak tidur 2x24 jam. maafkan saya pada tubuh saya. Video
ter-submit dengan aplikasi seadanya dan berdoa. Seolah, beban sedikit
berkurang, dan setidaknya kami bisa beristirahat sejenak sambil menunggu
pengumuman.
Hari Pengumuman 5 Besar per
kategori:
Antar berharap dan tidak, namun usaha kami sudah mendekati maksimal,
dikurangi sedikit rasa malas saya, maaf saya teman-teman. Tak banyak bicara
kami masuk semifinal 5 besar. developing aplikasi tahap kedua dan review error
serta persiapan presentasi kami siapkan. Beban kembali konflik internal pun
terjadi. Saya sendiri terkadang tidak puas dengan pekerjaan orang lain hal ini
karena kebiasaan saya yang egois untuk bekerja sendiri. Alkisah, kuliah MI
menyadarkan saya dalam sebuah tim memang tidak akan sesempurna seperti yang
kita harapkan, tapi bagaimana caranya dengan seperti itu kita bisa membuat tim
yang solid dan saling melengkapi. Saya pun banyak kekurangan, so, tak pantas
saya banyak menuntut. konflik selesai, tangisan selesai, mari kita lanjutkan.
Hari Pembantaian:
Hari itu hari penjurian kami di semifinal di jakarta, masukan dan
pertanyaan-pertanyaan pun kami jawab dengan bahasa inggris seadanya, karena yang
menguasai algoritma dan system hanya sebagian orang saja, akhirnya mis-komunikasi
pun terjadi. Dan menurut saya, saya menjawab dengan bahasa yang tak karuan dan
tersendat-sendat bahkan macet di tengah jalan. Kami terpojok di keilmiahan
karya, itu salah saya, saya terlalu sulit untuk menggerakkan lidah ketempat
yang benar dan blank karena grogi. Maaf.
Muka kecewa, dan sesal ada di setiap garis wajah saya. Well, saya tak mau
memikirkan apa yang telah terjadi sekarang saatnya berdoa dan pasrah. Aba ka
dabra, kami masuk final 3 besar, dengan tidak tahu alasannya kenapa. Hari
begitu cepat kami harus lebih matang lagi dan lagi dalam konsep dan keilmiahan
karya.
Back to Research, Remake and Get
Stress:
Berbekal pembantaian di hari itu yang membuat kami terpojok. Hal ini tak
akan terjadi lagi di hari Final lagi. Membaca ulang literatur, mengumpulkan
informasi ulang, bertemu dengan dokter ahli dan terapis. Dan saya tertawa,
hahahaha. Saya kembali tertawa, tertawa lagi, dan berhenti. Ya, ternyata kami
salah persepsi pengukuran perkembangan pasien dan salah satuan variabel yang
dan beda konsep. Waktu tersisa 10 hari.
Antara sedih, bingung, dan kacau saya pun termenung saat mewawancarai
narasumber dan mendapatkan hasil tentang pengukuran yang benar. Mungkin teman
sekelompok lain belum mengerti, tentang apa yang terjadi sebenarnya karena saya
yang membangun sistem yang berhubungan dengan terapi dan Kinect. Ya, solusi
yang ada di otak saya saat itu adalah mengubah keseluruhan sistem dan terapi
harus disesuaikan dengan metode yang baru ini, dengan kata lain saya harus
membuat terapi baru lagi yang support pada metode baru ini. Tapi, hal ini butuh
effort yang besar, dan mungkin tidak mungkin untuk dilakukan dalam satu minggu.
Serasa dunia mengimpit badan ini hingga remuk tubuh saya.
Seharian itu saya hanya bisa tertawa, betapa bodohnya saya tidak membaca
dan baru terpikir untuk mencari sistem pengukuran yang benar. Termenung,
memikirkan jalan keluar, di temani Kalih, di lab kampus. dan tak menghasilkan
solusi yang final, ya karena saya cuma tertawa tidak jelas. Tingkat kestressan
meningkat. Well, kami melakukan recheck dan brainstorming lagi bersama mentor
kami mas Us. Kami ceritakan apa yang terjadi, dan saya jelaskan efek yang akan
terjadi pada sistem dan perombakannya.
Well, kami dapat masukan dari mentor kami, dengan 3 kumungkinan pilihan.
Pertama, ubah keseluruhan sistem dengan effort yang sangat besar. Kedua, mengunakan
metode yang baru seadanya, tentunya akan menurunkan value dari applikasi yang
kami buat. dan Ketiga, pertengahan dari keduanya dan valuenya tentunya menurun
dan aneh. dan ditawarkan untuk memilih pilihan yang ketiga. Baik Kalih dan Mas
Us memilih pilihan yang ketiga, dan saya tidak memilih.
Hati saya benar-benar bingung, saya tidak mau applikasi kami turun dan
dinilai tidak siap. dan bingung untuk merombak berhubung dengan data dan konsep
dari literatur cukup banyak dan tidak mungkin kami masukkan dalam applikasi
kami semua dengan batas 1 minggu. Hari semakin larut, ayam berkokok, hari pagi,
dan kami belum tidur.
Tidur mungkin hanya 1 jam, dan harus ke terapis lagi untuk mengetahui
metode konvensional yang ada. liatin orang stroke dan kami pulang dengan
berharap mendapatkan inspirasi. Berdiskusi kembali dengan Kalih mencari
inspirasi, dan sepertinya saya harus pulang terlebih dahulu, belum mandi (gak
ketahuan sama dokternya sih... hahaha).
Oke, mari bersih-bersih badan, siraman pertama sampai terkhir tak berhenti
otak ini berpikir bagaimana solusinya, berpikir tak henti. Sempat terpikir
Impianku hanya sebatas nyaris lagi?. Selesai perenungan saya pun menemukan ide
perombakan dengan beberapa algoritma yang akan dipakai dan tentunya dibuat
terlebih dahulu. Untungnya saya masih ada sisa-sisa ilmu matematis tentang
aljabar dan vektor analisis di SMA dulu. hehehe.
Well, saya bersemangat sekali, rombak ulang, dan setting game disesuaikan
dengan metode baru, list pengukuran dan sebagaimacamnya sudah siap. Let’s
Excuted, buat algoritma dan kumpulan method dalam beberapa class. So pain, and
get gain. implementasi ke dalam applikasi bersama Sonny dan apa yang didapatkan
pertama kalinya, “error”, percobaan pertama biasa. error lagi, dan lagi. tertawa
lagi hahaha. sungguh hari semakin dekat dengan
final, dan kami belum selesai ditambah lagi UTS pun datang. Recheck and
recheck, almost done and 4 days left.
Tersisa waktu satu hari untuk latihan presentasi dan pematangan konsep, oke
untuk saat ini kami sangat berharap pad kemampuan presentasi Danas, saya hanya
berdoa semoga yang terbaik untuk kami semua. saya sampai hafal baris-baris
ucapan danas tentang presentasinya terlalu sering mendengarkan. Asumsikan
selesai, meskipun applikasi kami masih dalam tahap perbaikan dari bug-bug
nakal.
Lets fly to the final
Kami berangkat ke Jakarta setelah selesai ujian dan meninggalkan dua ujian
lainnya yang terpaksa kami harus ikut susulan. Fix the bug dan latihan
presentasi masih berlangsung sampai ke hotelpun kami masih ngoding, hahaha, dan
tidak tidur sampai subuh, sungguh kacau saya sempat tepar gara-gara magh
menyerang, guling-guling di kasur menahan sakit. Dan saat acara pun kami masih
ngoding. aduh sungguh bugnya berantakan. and done tepat sebelum sholat jumat. Pasrah
dan berdoa semoga tidak ada error lagi saat presentasi.
Menunggu presentasi, dan perserta yang lain sungguh menggiurkan presentasi
dan inovasinya. Minder dan pasrah. Magh kambuh lagi menjelang presentasi, oh
jangan lagi. akhirnya kami presentasi berbekal latihan-latihan sebelumnya
bersama mentor kami. Done, semua rasa sakit hilang seketika, beban serasa
lepas, baju besi sudah dibuka, tubuh sudah ringan.
Kami hanya pasrah, dan ..., Pengumuman Kami mendapat juara 1 kategori World
Wide Citizenship, dan sayangnya kami tidak berangkat ke Rusia karena hanya satu
perwakilan dari Indonesia. Well, sedih dan tetap bersyukur. kata-kataku yang
saya lontarkan tahun kemarin yang hanya candaan menjadi kenyataan. Alhamdulillah,
Puji Tuhan Semesta Alam.
Selalu ada orang dibalik layar:
Mereka adalah yang selalu merecheck hasil kerja kami, dan memberikan
pengarahan, memberikan bantuan, dan menyemangati kami serta mendoakan kami.
Thanks to all, Mas Us, dkk. yang mau bermalam-malam membahas konsep dan teknik
presentasi. Tanpamu kami mungkin tidak bisa seperti ini. Tips dan trik serta
panduannya dan mau mengoreksi hasil kerja kami. Sungguh hal yang berharga untuk
kami semua.
Terima kasih untuk teman-teman semua yang telah membantu menyemangati kami
dan mendoakan kami, ibu bapak dosen yang senantiasa mendoakan kami. Keluarga
Genetika semuanya. Serta orang tua kami semua merupakan orang yang paling ampuh
di dunia ini, dan Alhamdulillah segala puji bagi Allah.
Wah, baru tau ternyata kamu pke kinect mas, itu alat yang plaing mudah buat di develop emang, tp harganya -_- , pengen beli tapi g ada uang cm bisa pinjam, hahahaw0
ReplyDeletehaha :D, beli aja murah kok he, cuma 1,7 jt.
ReplyDelete