Tuesday 25 June 2013

Posted by Syukron Alfarozi Posted on 22:30 | No comments

Jaring-jaring ujianku (mu)


Tiga puluh menit terlewati di ruang ujian. Otak berputar mencari jawaban, jantung perasaan tertekan menahan harapan asa. Tuhan, bantu aku menyelesaikan ujian ini. Detikan jam digital menggelitik dan menghiraukan diriku yang terhimpit waktu. Ya, waktu berjalan cepat, aku hanya bisa pasrahkan semuanya pada sisa-sisa sel-sel neuron. Ya aku tahu, setiap detik ini berharga.

Saat ini otakku terbelah dua, satu di kertas ujian dan satu lagi di orang-orang yang menggantungkan harapannya. Aku tahu jawaban mana yang akan aku pilih namun itu hanya sebuah pilihan karena sebenarnya aku tidak tahu yang mana jawabannya, aku hanya berusaha. Kini, aku telah sampai di soal ke enam puluh tiga dari seratus soal yang ada. Teringat wajah-wajah yang selalu menjadi jaring-jaring yang menangkapku kala ku jatuh. Ya, aku tak akan merobek jaring-jaring kepercayaan mereka dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk berkarya ini. Karya ini wajah untuk mereka, karya ini untukmu. Ya, untukmu yang membaca, untukmu yang selalu ada di dalam tulisan ini, untukmu yang tidak menyia-nyiakan harapan orang-orang yang selalu menjadi jaring-jaringmu, dan untukmu yang selalu percaya bahwa kamulah yang akan mengokohkan jaring-jaring mereka. Ya, aku hanya berusaha.

Kawan, hari ini aku tak tahu harus berkata apa, ujianku telah usai dan akan kutunggu ujian ku berikutnya. ujian merupakan nikmat untukmu dan untukku.

Tuesday 30 April 2013

Posted by Syukron Alfarozi Posted on 01:08 | 2 comments

What we’ve realy done now? (Ed: Microsoft ICUP 2013)


Euforia:

Senang, gembira, terharu biru menjadi satu di ruangan kala itu. Apa yang telah kami lakukan? hasil yang tak terkira, seperti apa yang kami ucapkan setahun sebelumnya, “Tahun depan saya yang di depan sana” (syukron et al, 2012). Ya memang beda panggung dan lokasi, tapi kami bisa berdiri di depan dengan mata bergemilangan aliran air yang tak sempat kami tahan. Usaha memang sebanding dengan hasil dan yang penting jangan pernah mau putus asa serta tetap tak lupa bersyukur atas karuniaNya. J

Flash back:

Setahun lalu, saya memang duduk di belakang menjadi supporter, karena tim saya gagal masuk seleksi. Di bangku supporter saya sering termenung, otak dan hati mengucilkan diri kenapa saya tak bisa berdiri di depan sana, presentasi, memberikan suatu solusi yang berguna untuk masyarakat. Apa yang salah? perdebatan berlangsung sengit di dalam diri. Pikiran yang kemana-mana saya biarkan begitu saja, dan menikmati final imagine cup 2012. Saat-saat menegangkan pun tiba, pengumuman imagine cup 2012, kami berharap tim UGM (Antasena, Proj: Lexipal, 2012) lolos sampai USA kala itu, tapi takdir berkata lain, tim UGM hanya menempati urutan kedua.
Pemberian hadiah pun berlangsung di depan mata, haus prestasi yang tak kunjung menetas dalam diri semakin menjadi-jadi. Tanpa di sadari saat itu, saya melontarkan kata-kata pada salah satu anggota tim UGM, dia adalah mas Kuntoro karena satu-satunya orang yang paling akrab di antara ke tiga anggota lainnya. “Tahun depan saya yang di depan sana”, dengan nada bercanda. Dan saya lupakan percakapan itu.
Beberapa kompetisi diikuti dan tak ada hasil, dan mendengar kemenangan dari teman-teman di jurusan, rasa antara senang dan iri teraduk menjadi satu. senang karena saya berada di jurusan yang berkompetisi tinggi dan iri melihat prestasi yang bertubi-tubi tapi bukan saya.
Dalam pikiran saya, hanya satu, kami sama-sama makan nasi, sama-sama kuliah di lingkungan yang sama, dan sama-sama manusia, sama-sama mahasiswa, sama-sama mandi tiap hari (kalau sempat, bercanda, hahaha), ya seharusnya sama-sama bisa. Whatever, lihat takdir dan berpikir posistif saja.

You Fail:

“YOU FAIL”, hampir setiap kompetisi yang saya ikuti di masa kuliah ini mendapat predikat ini. Tak terhitung dan tak mau menghitung mungkin puluhan, mulai dari Imagine Cup, Gemastik, PKM dan Net Riders, bahkan robotik, predikat ini sepertinya senantiasa melekat di setiap usahaku. Dan saya pun tertawa, hahaha. Betapa bodohnya diri tak bisa menghasilkan apa-apa sebagai mahasiswa. Banyak yang berkata bahwa hidupku hanya diujung nyaris kemenangan, hal ini karena setiap kompetisi yang saya ikuti hanya berpredikat hampir lolos saja, hampir menang  (mungkin). Bagi saya hampir menang sama dengan gagal. peringkat ke empat yang lolos hanya peringkat tiga besar sama dengan peringkat ke seribu satu.
Why am I fail? Sebagian berkata kalau saya tidak fokus, sebagian lagi berkata saya malas. Kedua sifat ini memang sulit untuk di lepas, meskipun bukan faktor utama yang membuat saya gagal. Faktor utama yang membuat saya tak kunjung lolos kompetisi adalah takdirNya yang mungkin lebih indah dari yang kita bayangkan, setidaknya saya masih bisa menikmati hari-hari sebagai mahasiswa biasa yang tak bisa apa-apa, setidaknya saya masih bisa berkumpul dan bersosial dengan teman-teman yang mungkin nilainya lebih dari sekedar status juara. whatever, yang saya yakin yaitu rencanaNya lebih indah dari yang kita bayangkan.
Tidak fokus, hampir setiap kompetisi saya ikuti, mulai dari bidang jaringan, logika, pemrograman, jaringan, sosial, robotik, AI, Web, de el el. Hahaha, semacam serakah. Tapi itulah saya yang tak bisa menahan keingin tahuan dari-hal-hal yang baru dan hasilnya hanya sebatas nyaris. Keras kepala memang kepala saya, sudah beberapa orang mengatakan supaya hanya fokus di suatu bidang. Tapi entah kenapa tak bisa membuat saya “ngeh” apa yang mereka katakan. Whatever, semoga segera bisa menemukan bidang yang bisa membuat saya betah and try to fokus. Dan malas, hahaha, ini dia biang keroknya, sesekali mau mengerjakan sesuatu pasti dia datang, kadang bisa dan kadang tidak menahan rayuan gombalnya, dan yang penting saya tak mau digombalnya lagi (oposih? -_-).

Main Story Goes Here:

Alkisah, terdapat seorang pemuda yang mendapat kutukan predikat gagal yang ingin mengakhiri kutukannya. Pemuda itu bernama saya. Tahun itu (2012) saya memiliki mimpi ups, maaf maksudnya impian, kalau sekedar mimpi sudah bisa dengan cara tidur pulas, haha. Dream Big, itu kata-kata yang saya dapatkan dari imagine cup tahun lalu. What the dream is?, Impian yang saya punya saat itu menetaskan telor juara di relay kompetisi tahun 2013, yaitu Imagine Cup, Net Riders, dan Gemastik (serakahnya, hahaha [evillaught]). Big (besar) yang saya artikan yaitu banyak, hehehe (efek kehausan).
Hari itu kick off imagine cup di jurusan diselenggarakan. Saya yang pada awal rencana bergandeng dengan Danni, partner NetRiders, berharap ikut imagine cup 2013. Di ruangan itu, terdapat beberapa blok-blok tim yang sudah jadi, dan saya menghadiri acara itu tanpa tahu saya sudah memilki tim atau belum. Dahaga prestasi semakin meninggi, tak tahu apapun yang terjadi. Di tengah jalan, Danni ingin fokus untuk kompetisi Netriders. Saya berkata lain, saya untuk tetap melanjutkan impian itu. Akhirnya saya pun mencari lowongan tim yang masih kosong dan kekurangan partner. Saya pun memilih tim yang awalnya disarankan oleh rasa malas saya yaitu, “saya mau tim yang sudah ada developernya yang mau berbagi penderitaan dengan saya saat rasa malas saya datang”, (sepertinya kejam banget ya? haha).
Akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke dalam tim Kalih dan Sonny, hal ini berdasarkan pertimbangan mudah untuk komunikasi karena sudah 3 tahun bersama, kedua sudah ada Sonny yang kemampuannya tidak diragukan lagi, hahaha (seperti memanfaatkan kondisi :D).
Lanjut cerita, brainstorming ide dilakukan sebulan di saat liburan semester, ide memang sulit dan saya pun digombal oleh rasa malas lagi yaitu berkumpul dan ikut acara tahunan alumni sekolah dan sekaligus jalan-jalan (setidaknya ada baiknya ikut acara tahunan sekolah, hehehe). ide pun terkumpul dan kami masih kurang satu orang lagi untuk memenuhi 4 orang dalam tim, setidaknya beban menjadi seperempat dibagi rata. Dan muncullah seorang perempuan sebut saja Danas yang diasosiasikan sebagai public relation di dalam tim. Lengkaplah sudah tim kami, Kalih sebagai Project Manager, Sonny sebagai Developer, Danas sebagai Public Relation, dan saya sebagai co-Developer pada awalnya dan juga sebagai penggembira serta penghibur dengan sulap-sulap tak bermutu. hahaha :D (maaf kawan).

Tapi semua berubah saat Mas Us datang:

Muhammad Risqi Utama Saputra, sebut saja Us (hahaha jangan ketawa :D). Dia datang tiba-tiba dan mengejutkan hati, mungkin masih belum akrab dengan saya karena saya memang tak terkenal dan tak mungkin dikenal (hahaha :D), dan mungkin juga dia sudah tahu ada seorang Sonny dan Kalih di tim kami, yang berpotensi untuk dinularkan nafsu juara tahun sebelumnya di Imagine Cup 2012. Dia membawakan segudang informasi penting tips dan trik how to break the door. Bukan pintu rumahmu atau pintu rumah orang. Mulai dari evaluasi ide sampai guideline to the win way. ide pun diberikan dan kami evaluasi ulang dengan potensi-potensinya. akhirnya kami pilih idenya tentang motorik recovery yang berujung pada rehabilitasi stroke dengan Kinect. Diskusi di akhiri, rencanapun seadanya dan langsung mencari sumber informasi tentang stroke, mulai dari se-abrek buku, e-book, paper, dan ke rumah sakit setempat.

Development Phase:

Riset pun dilakukan secara berkala dengan deadline pengumpulan hanya 1 bulan lagi, 1 minggu pertama kami melakukan full riset dan mengumpulkan resource dan informasi, mulai dari studi literatur dan terjun ke lapangan melihat pasien stroke langsung. Antara kasian dan merinding saat melihat pasien di rumah sakit. Satu kali itu saya ingin tak berkata apa-apa. Sungguh nikmatNya tak terhingga, subhanallah.
dan 1 minggu berikutnya, development dimulai, saya kebagian main program dan konsep terapi, dan Sonny bagian UX development. Pengetahuan saya masih minim dan blas tak tahu apa-apa hanya sekedar native code saja. tak tahu library penggunaan Kinect.
Minggu ke 2 hari pertama, saya ta’aruf dengan suatu benda kotak hitam yang bernama Kinect. Tak ada cara lain selain membongkar isi hatinya dengan melihat lebih dalam isi librarynya. Percobaan pertama hanya melihat SDK yang di sediakan Kinect dengan kodenya. Ajaibnya, tiba-tiba muncul makhluk yang bernama skeleton dari layar program. Dari mana asalnya sekeleton itu saya tak tahu, dibongkar-dibongkar dan ternyata skeleton adalah anak si Kinect. Saya patah hati (ah lebay, hahaha), gak lah bercanda saja. Di dua hari pertama ini saya bongkar-bongkar kode SDK Kinect mencoba untuk memahami logikanya.
Minggu ke 2 hari ketiga, si Sonny sudah selesai berkenal dengan XAML, WPF. haha saya tertinggal, masih berkenalan dengan si Kinect. Saat itu saya sudah bisa menampikan data koordinat X, Y, Z satu joint dari kinect. Gak mau kalah dengan Sonny saya pun bertapa untuk menyelesaikan satu terapi game, dan hasilnya sangat kasar, hanya sebatas kotak-kotak tidak jelas yang berakhir sebagai grabing grapes saat ini.
Minggu ketiga, harusnya deadline software sudah jadi namun otak berkata lain, otakku mampet tak menghasilkan ide terapi yang baru lagi. Dan datanglah tamu tak diundang, yang bernama stress, saya tak bisa berpikir apa-apa karena banyak tanggungan yang harus diselesaikan, tugas kuliah, kompetisi ini dan itu. Tidur pun tak tenang tugas tidak selesai, tanggung jawab kompetisi pun terbengkalai. Akhirnya, satu-satu harapan yaitu menengakan diri dan berkumpul dengan teman, “saya stress”, lontaran kata-kata dari mulut saya. Dan menemukan cahaya terang saat menyandarkan beban ini hanya kepadaNya, Thanks ya Allah, Alhamdulillah.
Trying to fokus, kuliah menjadi nomor dua, maafkan saya. Tidur pun selaludi atas jam 12 malam bahkan sampai subuh, no pain no gain. Di kelas ngantuk dan mencoba untuk mengerti materi kuliah. baiklah “saya bisa”, hanya itu motivasi saya. Alhasil, developing dan ide-ide tentang terapi di dalam aplikasi saya rampungkan dan dikolaborasikan dengan rancangan UX dari Sonny. Hari pengumpulan tiba dan membuat kami tidak tidur 2x24 jam. maafkan saya pada tubuh saya. Video ter-submit dengan aplikasi seadanya dan berdoa. Seolah, beban sedikit berkurang, dan setidaknya kami bisa beristirahat sejenak sambil menunggu pengumuman.

Hari Pengumuman 5 Besar per kategori:

Antar berharap dan tidak, namun usaha kami sudah mendekati maksimal, dikurangi sedikit rasa malas saya, maaf saya teman-teman. Tak banyak bicara kami masuk semifinal 5 besar. developing aplikasi tahap kedua dan review error serta persiapan presentasi kami siapkan. Beban kembali konflik internal pun terjadi. Saya sendiri terkadang tidak puas dengan pekerjaan orang lain hal ini karena kebiasaan saya yang egois untuk bekerja sendiri. Alkisah, kuliah MI menyadarkan saya dalam sebuah tim memang tidak akan sesempurna seperti yang kita harapkan, tapi bagaimana caranya dengan seperti itu kita bisa membuat tim yang solid dan saling melengkapi. Saya pun banyak kekurangan, so, tak pantas saya banyak menuntut. konflik selesai, tangisan selesai, mari kita lanjutkan.

Hari Pembantaian:

Hari itu hari penjurian kami di semifinal di jakarta, masukan dan pertanyaan-pertanyaan pun kami jawab dengan bahasa inggris seadanya, karena yang menguasai algoritma dan system hanya sebagian orang saja, akhirnya mis-komunikasi pun terjadi. Dan menurut saya, saya menjawab dengan bahasa yang tak karuan dan tersendat-sendat bahkan macet di tengah jalan. Kami terpojok di keilmiahan karya, itu salah saya, saya terlalu sulit untuk menggerakkan lidah ketempat yang benar dan blank karena grogi. Maaf.
Muka kecewa, dan sesal ada di setiap garis wajah saya. Well, saya tak mau memikirkan apa yang telah terjadi sekarang saatnya berdoa dan pasrah. Aba ka dabra, kami masuk final 3 besar, dengan tidak tahu alasannya kenapa. Hari begitu cepat kami harus lebih matang lagi dan lagi dalam konsep dan keilmiahan karya.

Back to Research, Remake and Get Stress:

Berbekal pembantaian di hari itu yang membuat kami terpojok. Hal ini tak akan terjadi lagi di hari Final lagi. Membaca ulang literatur, mengumpulkan informasi ulang, bertemu dengan dokter ahli dan terapis. Dan saya tertawa, hahahaha. Saya kembali tertawa, tertawa lagi, dan berhenti. Ya, ternyata kami salah persepsi pengukuran perkembangan pasien dan salah satuan variabel yang dan beda konsep. Waktu tersisa 10 hari.
Antara sedih, bingung, dan kacau saya pun termenung saat mewawancarai narasumber dan mendapatkan hasil tentang pengukuran yang benar. Mungkin teman sekelompok lain belum mengerti, tentang apa yang terjadi sebenarnya karena saya yang membangun sistem yang berhubungan dengan terapi dan Kinect. Ya, solusi yang ada di otak saya saat itu adalah mengubah keseluruhan sistem dan terapi harus disesuaikan dengan metode yang baru ini, dengan kata lain saya harus membuat terapi baru lagi yang support pada metode baru ini. Tapi, hal ini butuh effort yang besar, dan mungkin tidak mungkin untuk dilakukan dalam satu minggu. Serasa dunia mengimpit badan ini hingga remuk tubuh saya.
Seharian itu saya hanya bisa tertawa, betapa bodohnya saya tidak membaca dan baru terpikir untuk mencari sistem pengukuran yang benar. Termenung, memikirkan jalan keluar, di temani Kalih, di lab kampus. dan tak menghasilkan solusi yang final, ya karena saya cuma tertawa tidak jelas. Tingkat kestressan meningkat. Well, kami melakukan recheck dan brainstorming lagi bersama mentor kami mas Us. Kami ceritakan apa yang terjadi, dan saya jelaskan efek yang akan terjadi pada sistem dan perombakannya.
Well, kami dapat masukan dari mentor kami, dengan 3 kumungkinan pilihan. Pertama, ubah keseluruhan sistem dengan effort yang sangat besar. Kedua, mengunakan metode yang baru seadanya, tentunya akan menurunkan value dari applikasi yang kami buat. dan Ketiga, pertengahan dari keduanya dan valuenya tentunya menurun dan aneh. dan ditawarkan untuk memilih pilihan yang ketiga. Baik Kalih dan Mas Us memilih pilihan yang ketiga, dan saya tidak memilih.
Hati saya benar-benar bingung, saya tidak mau applikasi kami turun dan dinilai tidak siap. dan bingung untuk merombak berhubung dengan data dan konsep dari literatur cukup banyak dan tidak mungkin kami masukkan dalam applikasi kami semua dengan batas 1 minggu. Hari semakin larut, ayam berkokok, hari pagi, dan kami belum tidur.
Tidur mungkin hanya 1 jam, dan harus ke terapis lagi untuk mengetahui metode konvensional yang ada. liatin orang stroke dan kami pulang dengan berharap mendapatkan inspirasi. Berdiskusi kembali dengan Kalih mencari inspirasi, dan sepertinya saya harus pulang terlebih dahulu, belum mandi (gak ketahuan sama dokternya sih... hahaha).
Oke, mari bersih-bersih badan, siraman pertama sampai terkhir tak berhenti otak ini berpikir bagaimana solusinya, berpikir tak henti. Sempat terpikir Impianku hanya sebatas nyaris lagi?. Selesai perenungan saya pun menemukan ide perombakan dengan beberapa algoritma yang akan dipakai dan tentunya dibuat terlebih dahulu. Untungnya saya masih ada sisa-sisa ilmu matematis tentang aljabar dan vektor analisis di SMA dulu. hehehe.
Well, saya bersemangat sekali, rombak ulang, dan setting game disesuaikan dengan metode baru, list pengukuran dan sebagaimacamnya sudah siap. Let’s Excuted, buat algoritma dan kumpulan method dalam beberapa class. So pain, and get gain. implementasi ke dalam applikasi bersama Sonny dan apa yang didapatkan pertama kalinya, “error”, percobaan pertama biasa. error lagi, dan lagi. tertawa lagi hahaha. sungguh hari semakin dekat dengan  final, dan kami belum selesai ditambah lagi UTS pun datang. Recheck and recheck, almost done and 4 days left.
Tersisa waktu satu hari untuk latihan presentasi dan pematangan konsep, oke untuk saat ini kami sangat berharap pad kemampuan presentasi Danas, saya hanya berdoa semoga yang terbaik untuk kami semua. saya sampai hafal baris-baris ucapan danas tentang presentasinya terlalu sering mendengarkan. Asumsikan selesai, meskipun applikasi kami masih dalam tahap perbaikan dari bug-bug nakal.

Lets fly to the final

Kami berangkat ke Jakarta setelah selesai ujian dan meninggalkan dua ujian lainnya yang terpaksa kami harus ikut susulan. Fix the bug dan latihan presentasi masih berlangsung sampai ke hotelpun kami masih ngoding, hahaha, dan tidak tidur sampai subuh, sungguh kacau saya sempat tepar gara-gara magh menyerang, guling-guling di kasur menahan sakit. Dan saat acara pun kami masih ngoding. aduh sungguh bugnya berantakan. and done tepat sebelum sholat jumat. Pasrah dan berdoa semoga tidak ada error lagi saat presentasi.
Menunggu presentasi, dan perserta yang lain sungguh menggiurkan presentasi dan inovasinya. Minder dan pasrah. Magh kambuh lagi menjelang presentasi, oh jangan lagi. akhirnya kami presentasi berbekal latihan-latihan sebelumnya bersama mentor kami. Done, semua rasa sakit hilang seketika, beban serasa lepas, baju besi sudah dibuka, tubuh sudah ringan.
Kami hanya pasrah, dan ..., Pengumuman Kami mendapat juara 1 kategori World Wide Citizenship, dan sayangnya kami tidak berangkat ke Rusia karena hanya satu perwakilan dari Indonesia. Well, sedih dan tetap bersyukur. kata-kataku yang saya lontarkan tahun kemarin yang hanya candaan menjadi kenyataan. Alhamdulillah, Puji Tuhan Semesta Alam.

Selalu ada orang dibalik layar:

Mereka adalah yang selalu merecheck hasil kerja kami, dan memberikan pengarahan, memberikan bantuan, dan menyemangati kami serta mendoakan kami. Thanks to all, Mas Us, dkk. yang mau bermalam-malam membahas konsep dan teknik presentasi. Tanpamu kami mungkin tidak bisa seperti ini. Tips dan trik serta panduannya dan mau mengoreksi hasil kerja kami. Sungguh hal yang berharga untuk kami semua.
Terima kasih untuk teman-teman semua yang telah membantu menyemangati kami dan mendoakan kami, ibu bapak dosen yang senantiasa mendoakan kami. Keluarga Genetika semuanya. Serta orang tua kami semua merupakan orang yang paling ampuh di dunia ini, dan Alhamdulillah segala puji bagi Allah.

Selalu bersyukur:

Cara kami bersyukur setelah momen itu selesai yaitu menyelesaikan applikasi kami, agar tidak hanya jadi pajangan dan folder tua di laptop kami. hehehe, doakan kami. Thanks to All. -enjoy read.

Saturday 16 February 2013

Posted by Syukron Alfarozi Posted on 20:05 | 2 comments

Hujan Air Mata untuk Ibuku




Hari itu aku pulang sekolah. Kayuhan sepedaku tak secepat biasanya, mendung awan menurunkan suhu tubuhku disela keringat yang mengucur tak begitu deras. 1 kilometer sudah ku lalui, mungkin awan pucat tak kuat lagi menahan airnya, tak mampu lagi, berawal dengan gerimis diikuti hujan dan angin kencang. Tak membawa mantel dan tak membawa payung sekilas teringat kata ibu guru “sedia payung sebelum hujan”, persetan dengan pepatah itu karena aku telah siap dan sedia untuk basah namun keadaan berkata lain, angin kencang tak mengizinkanku untuk basah. Duduk berteduh di bawah pohon besar pinggir jalan besar meski terlalu berisiko tapi cukup untuk mengurangi tetesan air hujan kala itu. Tetes air membasahi kepalaku dan membuatku tak sadarkan dalam lamunan.
Kala itu aku bermain di depan kamar ibuku yang terbaring di kasurnya, disuapinya oleh ayahku sesendok bubur dengan diselipkan pil. Aku kecil kala itu berpikir ingin seperti ibuku disuapi dengan sesendok bubur dan sebuah pil seperti ada yang menarik dengan cara maka seperti itu. Aku pun mencoba menyelipkan pil itu dalam sendok ibuku. Namun, ibu tak sebahagia aku yang membukakan pil, hanya menahan sakit dan tersenyum padaku. Aku tak mengerti, aku ingin seperti ibu.
Bunyi kilat bergelegar membangunkan lamunanku semoga saja tak merenggut nyawa. Aku tersenyum, kenapa aku dulu ingin seperti ibu yang terbaring lemah di tempat tidurnya. Hujan tak kunjung berhenti, motor dan mobil seolah semakin laju di jalanan yang terburu-buru. Daun berserakan di dekat sepeda di sampingku, angin memang tak bersahabat. Dingin waktu itu membawaku ke lamunan lagi.
Aku selalu bermain di depan kamar Ibu dan ayah di kamar sekali gus kantor pribadinya dengan berkas-berkas yang berserakan yang mungkin salah satu penyebab rambut putihnya. Ya, aku di depan ibuku waktu itu, aku melihat ibuku selalu tersenyum padaku, mungkin itu hal terlalu biasa untukku kala itu. Aku masih yang masih belum bersekolah saat itu melihat ibuku membolak-balikkan badannya mungkin kasurnya tak empuk lagi, aku tak tahu atau sedang menahan sakit di tubuhnya, aku tak tahu. Ya, aku tahu ibuku kesakitan, tapi aku tidak mau ibuku kesakitan, angin di depan kamar membawaku ke kamar ayah yang lagi bekerja dengan berkasnya, aku mengabarkannya. Beberapa saat kemudian, kerumunan orang banyak ada di rumahku, ibuku tak ada di kamarku, ayahku juga, aku menangis hanya nenek yang menemaniku, ayahku datang dan turun dari mobil putih yang membawa ibuku juga. Ya, aku melihat ibuku lagi terbaring di kamar, aku pun tersenyum, ibuku sedang tidur pulas dengan senyumnya seperti  tak ada lagi rasa sakit. Aku tak tahu ada apa dengan ayahku yang menangis di saat itu. Semua orang menangis, aku tak tahu kenapa mereka menangis. Hari itu terakhir kali aku melihat ibuku, entah ibu pergi aku tak tak tahu. Aku tetap bermain setiap hari di depan kamar ibuku, namun ibuku tak pernah terbaring di sana.
Aku tersadar meneteskan air mata, hujan yang masih deras, tak lagi menahanku untuk duduk di bawah pohon itu. Aku kayuh pulang sepedaku, aku siap untuk basah dan bahkan dimarahi ayahku karena seragam sekolahku basah. Aku ingin hujan menghapus air mataku. Aku menangis di tengah derasnya hujan agar tak seorang pun tahu kalau aku sedang menangis kecuali hujan dan ibuku. 

Wednesday 30 January 2013

Posted by Syukron Alfarozi Posted on 19:25 | 1 comment

Goes to Lombang Beach



Liburan, . . . saat yang tepat untuk bersantai dan berkumpul bersama keluarga dan tentunya dengan teman lama sesama mahasiswa yang senasib pulang kampung. MADURA. . . !!! inilah tempat berkumpul dan asal dari teman-teman Genetika (nama kelas SMA), kali ini berbeda dengan acara kumpul sebelumnya, apa yang membuat beda?  Acara kali ini ada mas Naufan kakak kelas SMA saya. Well, cerita jalan-jalan kali ini di daerah Sumenep.

***

Minggu, 27 Januari 2013
Titit. . . . titit. . . . telepon genggamku berdering,  satu sms masuk dari adik kelasku, “Mas datang CGS?, acaranya sudah mau dimulai”. Tak habis berpikir untuk membalas sms, langsung beranjak ke kamar mandi dan berkemas untuk berangkat ke sekolah. Aku berangkat berdua dengan kakak kelasku yang juga mau datang di acara CGS.
Hari ini acara CGS (Campoes Goes to Smaga) di sekolahku diselenggarakan, apa itu CGS? Yaitu acara sosialisasi Universitas-universitas di Indonesia untuk teman-teman SMAN 3 Pamekasan dari alumni-alumni SMAGA di PTN/S. Well, seperti biasa kami berkumpul dengan teman sekelas yaitu Adank dan juga Supardi. Pikiran kami yang kemana-kemana mulai berkelana memperhatikan setiap objek di sekitar untuk dijadikan topik pembicaraan, mulai dari hal yang wajar sampai dengan hal yang cukup wajar. Akhirnya, pikiran kami bertemu di suatu titik yaitu “jalan-jalan ke pantai Lombang, Sumenep”. Persiapan? Tentu saja belum. Tempat menginap? Juga belum ada.
Rapat persiapan pun di mulai, untuk menentukan tempat penginapan agar bisa menikmati indahnya pantai Lombang di pagi hari, berhubung jarak yang cukup jauh dari kota kami Pamekasan. Usut demi usut setelah min-amin kene’  untuk Mas Naufan (upz, jangan bahas yang ini) di tempat Dila (teman Genetika) sampai di tempat makan Emak, akhirnya memutuskan untuk penginapan di rumah Udin adik kelasku. Dan pulang untuk persiapan perjalanan yang hanya satu jam lagi menuju keberangkatan.

***

Mas, Siap?” tanyaku di sms setelah makan.
Siap!” balas Mas Naufan.

Well, langsung saja berangkat menuju Sumenep. (17.00 WIB)
Setelah dua jam lebih di jalan, akhirnya sampai di rumah Udin, seperti biasa kita disambut hangat oleh keluarga. terasa banget suasana kultur maduranya. Belum selesai lelah kopi pun dihidangkan, disusul dengan makan malam lalapan ikan lele plus sambel terasi mantap! ya ngobrol-ngobrol dulu dengan keluarga selayaknya tamu (mungkin bisa sampe subuh, hahaha bercanda). Hari yang membahagiakan! Kenyang, shalat, dan tidur. Zzzz...zZz..Zzzz...

***

Senin, 28 Januari 2013
Shalawatan sebelum subuh dari masjid sekitar membuat kami terjaga untuk sejenak dan tertidur lagi, alarm jam 04.00 telpon gengang Udin berbunyi, membuat kami terjaga untuk kedua kalinya dan mematikan alarm, namun apa daya kami tertidur lagi, berganti alarmku berbunyi jam 04.30, di bawah sadar aku matikan dan tertidur lagi, dan akhirnya lampu dinyalakan oleh ayah Udin inilah saat kami benar-benar terjaga (04.45).
Setelah selesai shalat, kopi pagi pun dihidangkan (thanks to Udin’s Family), hangatnya pagi pun terasa. Well, kami putuskan untuk berangkat, eiits. . . . kami dicegat, ternyata kami disuruh sarapan dulu, oh God, kemarin malam kami belum beri tahu kalau langsung berangkat pagi. Yah apa boleh buat, Alhamdulillah kenyang dengan nasi Bandeng. Pamitan, beres-beres, dan berangkat.
Menunggu teman yang mau ikut ke pantai, Deden (teman Genetika), ternyata cukup lama. Mengisi kekosongan waktu kami mampir ke bandara untuk sekedar foto-foto. Bukan narsis, tapi inilah cara kami menikmati liburan, just documentation. Oke lengkap sudah, personil tim jalan-jalan, Mas Naufan, Adank, Supardi, Deden, Udin dan saya.

 Bandara Trunojoyo Sumenep

Tak kalah menarik pemandangan selama perjalanan menuju pantai, meskipun sempat ada sedikit masalah yaitu bensin motor Supardi bocor, tapi bisa langsung diperbaiki, ya ada bakat perbaiki motor dalam diri Supardi, hahaha. Jeng. . .jeng. . . sampai deh di pantai Lombang, uniknya pantai ini yaitu satu-satunya pantai cemara udang di Indonesia dan kalau tidak salah pantai cemara udang hanya ada dua di bumi kita ini. :D.

Pantai Lombang yang sepi

Krik. . . .krik. . . sepi. (08.00) Ya berhubung hari senin dan masih pagi pantai cukup sepi, bingung mau ngapain di pantai yang indah ini. Alhasil, nyebur deh :D mandi sepuasnya mumpung sepi, dan tak lupa foto-foto. Puas mandi kami beli rujak di pinggiran pantai, dan hujan semakin nikmat rasanya. Hujan berhenti, kami putuskan untuk kembali ke kota Sumenep. Eh, ternyata ada kebun semangka di sekitar pantai, oke kita beli 3 buah, satu untuk mas Naufan, satu untuk Deden dan satu Untuk Melly. (12.00)

Panen Semangka

Kembali ke kota Sumenep dengan penuh perjuangan melawan hujan, dan terpaksa untuk berteduh selama satu jam. Hujan pun reda kami pun melanjutkan perjalanan. Dan tujuan kami selanjutnya yaitu ke rumah Melly (teman Genetika) di Sumenep untuk sekedar silaturrahmi, dan ternyata di luar pikiran kami, hidangan campur Sumenep datang di hadapan kami, tahu aja kalau kami sudah lapar. :D. Dan dilanjutkan dengan acara ngobrol-ngobrol sampai-sampai nge-bully mas Naufan. (16.30) Setelah selasai dan berpamitan ke keluarga Melly kami lanjutkan ke rumah Deden untuk bersih-bersih dan shalat, dan makan lagi, oh kenyangnya hari ini Alhamdulillah kawan wisata kuliner yang menyenangkan. Semoga hari senin selalu bahagia. Semangat Hari Senin, akhir kata Pulang ke Pamekasan. Dan tepar!!!
***




Friday 4 January 2013

Posted by Syukron Alfarozi Posted on 20:25 | No comments

Bagaimana dengan Tulisanmu?


Oke, ini tulisan pertama di Blog ini, setelah sekian lama vakum tidak menulis di beberapa blog baik blog kelas dan yang lainnya karena berbagai alasan, dan terlintas ingin punya blog sendiri dan aktif menulis, hitung-hitung untuk bakat skripsi lah (-__- uopoh, judul aja belum kelar).
Mungkin tulisan ini tak begitu indah untuk dibaca tapi saya mencoba untuk bisa ringan dibaca. sekedar bertukar pengalaman dan membangkitkan emosi diri untuk hidup yang aktif dan kreatif.
dalam sebuah tulisan umumnya ada sebuah judul yang merepresentasikan konten yang akan dibaca. analogi sederhana dengan kehidupan, kalau kita tidak memperkenalkan diri siapa yang mau mengenal? kalau kita tidak menyampaikan apa yang kita maksud, siapa yang mengerti dengan apa yang kita maksud? (siapa aja boleh.. :v). lah, judul yang saya angkat yaitu "Bagaimana dengan Tulisanmu?" (jwb: tulisanku jelek, hahaha,...), silakan anda bayangkan apa jawabannya.
Tulisan yang dibuat tentulah untuk bisa dibaca kemudian oleh seseorang, sekelompok orang atau bahkan untuk semua orang. Penulis komik, novel dan lainnya tentunya memiliki karya yang ingin dibaca oleh banyak orang. Tak sedikit tulisan yang fiksi yang sangat kreatif dan memiliki daya baca yang tinggi, di sana penulis menghayal sejauh yang mereka bisa dan menuliskannya dalam lembaran kertas karya.
Menulis di lembaran kertas sama halnya dengan menulis di lembaran kehidupan, hidup yang kita jalani merupakan tulisan yang kita buat, karena dalam hidup kitalah yang menjadi penulis dan bukan sekedar pembaca. Mau jadi orang atau apa, terserah kita, tergantung pada hayalan yang kita sebut dengan cita-cita. Terlepas dari takdir, tulisan yang kita buat merepresentasikan usaha yang telah kita lakukan. Oleh karena itu, mari kita tulis hidup ini dengan hayalan yang positif. (NB: jangan minta tulis ke peramal ya, sirik itu dosanya Gede O.o), so, ingin seperti apa tulisanmu ya terserah kamu. Kamu bisa bisa Copas, Copas improve, atau make your own, it's your choise. "'cause life is choise, so let choose your life".